Sejarah
Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja
Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil
meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
Lokasi
Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan beberapa penemuan
prasasti tentang Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Tarumanegara di perkirakan berada di wilayah Jawa Barat dan pusat
kerajaan berada di sekitar wilayah daerah Bogor sekarang. Adapun wilayah
kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai
perbatasan Cirebon, sehingga dapat di tafsirkan bahwa pada masa pemerintahan
raja purnawarman wilayah kekuasan Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai
seluruh wilayah Jawa Barat.
Kejayaan
Kerajaan Tarumanegara
Puncak kejayaan Kerajaan
Tarumanegara terjadi pada saat pemerintahan Raja Purnawarman. Raja Purnawarman
membuat saluran irigasi untuk membantu daerah pertanian dan melindungi
wilayahnya dari bencana banjir. Selain berkembangnya
pertanian di Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Tarumanegara juga Menjadi pusat
perdagangan Nusantara. Kerajaan Tarumanegara juga berhasil menjadi Pusat
Pelabuhan dagang Internasional dan banyak pedagang dari Cina berdagang di
daerah pelabuhan Kerajaan Tarumanegara. Barang dagang yang mereka jual berupa
gading gajah, cula badak, kulit penyu, emas, perak, dll.
Sumber
sejarah kerajaan Tarumanegara
Peninggalan sejarah masa Kerajaan Tarumanegara
adalah tujuh buah prasasti di beberapa tempat. Ketujuh prasasti tersebut adalah
sebagai berikut:
- Prasasti Ciaruteun menyebutkan nama Tarumanegara, Raja Purnawarman, dan lukisan sepanjang kaki yang dianggap sama dengan telapak kaki Dewa Wisnu. Prasasti tersebut berbunyi : “Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara. “
- Prasasti Tugu menyatakan bahwa Raja Purnawarman memerintahkan mengganti saluran air. Saluran air itu diberi nama Gomati. Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman.
- Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Kampung Muara hilir Kecamatan Cibungbulang. Pada prasasti itu tergambar bekas dua tapak kaki gajah yang diidentikkan dengan gajah Airawata, gajah milik penguasa Tarumanagara yang agung. Ditulis dalam bentuk puisi Anustubh.
- Prasasti Jambu ditemukan di Bukit Koleangkak, perkebunan Jambu, sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan dan keberanian raja Purnawarman.
- Prasasti Lebak atau Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul ditemukan di Kampung Lebak, tepi Sungai Cidanghiyang, Pandeglang, Banten. Prasasti tersebut berbunyi :“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja”.
- Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Citeureup, Bogor. Prasasti ini tertulis dalam bahasa ikal yang belum dapat dibaca.
- Prasasti Muara Cianteun ditemukan di Ciampea, Bogor. Prasasti ini juga tertulis dalam bahasa ikal yang belum dapat dibaca.
Adapun sumber sejarah yang berasal
dari luar negeri adalah sebagai berikut:
- Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).
- Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
- Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Kesimpulan :
Seperti halnya Yupa dari Kutai,
prasasti-prasasti Tarumanegara juga ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang digubah dalam bentuk syair. Dari ketujuh buah prasasti ini di
ketahui bahwa agama yang dianut oleh raja (atau kerajaan) adalah Hindu.
Silsilah kerajaan Tarumanagara
Penjelasan
tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsekerta. Sayangnya, naskah ini
mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini
bisa dijadikan rujukan sejarah.
Raja-raja
Tarumanagara menurut Naskah Wangsekerta
No.
|
Raja
|
Masa
pemerintahan
|
1
|
Jayasingawarman
|
358-382
|
2
|
Dharmayawarman
|
382-395
|
3
|
Purnawarman
|
395-434
|
4
|
Wisnuwarman
|
434-455
|
5
|
Indrawarman
|
455-515
|
6
|
Candrawarman
|
515-535
|
7
|
Suryawarman
|
535-561
|
8
|
Kertawarman
|
561-628
|
9
|
Sudhawarman
|
628-639
|
10
|
Hariwangsawarman
|
639-640
|
11
|
Nagajayawarman
|
640-666
|
12
|
Linggawarman
|
666-669
|
Keruntuhan Tarumanagara
Pada sekitar tahun 650,
kerajaan Tarumanagara diserang dan dikalahkan oleh Sriwijaya . Pada tahun 669, Tarusbawa mewarisi mahkota raja
Tarumanagara. Tarusbawa adalah raja terakhir Tarumanagara. Hal ini sesuai
dengan sejarah Cina yang menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara terakhir
mengunjungi Cina pada 669. Tarusbawa memang mengirimkan utusannya untuk memberi
saran tentang penakhtaan raja Cina di 669. Karena wibawa Tarumanagara di era
Tarusbawa menurun karena serangan Sriwijaya, ia ingin mengembalikan kejayaan
kerajaan seperti di era Purnawarman, maka ia mengendalikan kerajaan dari Sunda
Pura . Oleh karena itu, di tahun 670, dia mengubah nama Tarumanagara menjadi
Sunda.
Peristiwa ini dilakukan karena raja
Wretikandayun (pendiri kerajaan Galuh) memisahkan kerajaan kecil dari kekuasaan
Tarumanagara dan meminta Raja Tarusbawa membagi wilayah Tarumanagara menjadi
dua bagian. Kerajaan Galuh mendapat dukungan dari kerajaan Kalingga (kerajaan
pertama di pulau Jawa) untuk memisahkan Tarumanagara karena kerajaan Galuh dan
Kalingga telah bersekutu melalui perkawinan kerajaan; anak dari Raja
Wretikandayun menikahi Parwati (putri Ratu Sima) dari Kalingga dan Sana alias
Bratasenawa alias Sena (cucu Raja Wretikandayun) menikahi Sanaha (cucu
perempuan dari Ratu Sima). Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang
saudara, Raja muda Tarusbawa menerima permintaan Wretikandayun. Pada tahun 670,
Tarumanagara dibagi menjadi dua kerajaan: Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda dengan
sungai Citarum sebagai batas. Kemudian Kerajaan Galuh terpecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil meliputi area yang sekarang disebut Jawa Barat dan Jawa
Tengah.
Raja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota baru
kerajaannya dekat sungai hulu Cipakancilan yang berabad-abad kemudian menjadi
kota Pakuan Pajajaran (atau disebut Pakuan atau Pajajaran saja). Raja Tarusbawa
kemudian menjadi leluhur raja-raja Sunda.
Kehidupan politik Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan
tertua di Pulau Jawa yang dipengaruhi agama dan kebudayaan Hindu. Letaknya di
Jawa Barat dan diperkirakan berdiri kurang lebih abad ke 5 M. Raja yang
memerintah pada saat itu adalah Purnawarman.
Ia memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini di buktikan dari prasasti tugu yang menyatakan
baha raja purnawarman telah memerintahkan untuk menggali sebuah kali.
Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya. Karena pembuatan kali ini
berarti pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah
pertanian rakyat. Dengan upaya itu, raja Purnawarman di pandang sebagai raja
besar yang memperhatikan kehidupan rakyatnya.
Sumber sejarah mengenai Kerajaan
Tarumanegara dapat diketahui
dari prasasti-prasasti yang ditinggalkannya dan berita-berita
Cina. Prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini ada 7 buah. Berdasarkan
prasasti inilah dapat diketahui bahwa kerajaan ini mendapat pengaruh kuat dari
kebudayaan Hindu. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat
Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi
Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian Saluran
Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) dan selesai dikerjakan dalam waktu
21 hari. Selesai penggalian, Raja
Purnawarman mengadakan selamatan
dengan memberikan hadiah 1.000 ekor sapi kepada para brahmana;
Pembangunan itu mempunyai arti ekonomis
bagi rakyat karena dapat dipergunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan
banjir. Dengan demikian, rakyat akan hidup makmur, aman dan sejahtera. Di
samping Saluran Gomati, dalam Prasasti Tugu juga disebutkan adanya penggalian
Saluran Candrabhaga.
Pada prasasti ciareteun di sebutkan
bahwa telapak kaki raja Purnawarman di samakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu,
dimana dewa Wisnu dipandang sebagai dewa pelindung dunia. Jadi raja Purnawarman
adalah seorang raja yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
raktyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar