Minggu, 28 Juni 2015

Teori Masuknya Islam ke Indonesia



Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda simak uraian materi berikut ini
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
  • Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
  • Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
  • Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
  • Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
  • Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
  • Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
  • Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
  • Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
  • Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
  • Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
  • Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
  • Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
  • Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
  • Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
  • Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
  • Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
  • Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
  • Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
  • Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
  • Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.

Sejarah Perkembangan Islam di Arab



Perkembangan Islam Periode Mekkah
Pada awalnya agama islam hanya berkembang dikota Mekkah dan sekitarnya. Namun awalnya agama islam  hanya diterima oleh kalangan bahwa seperti orang miskin, wanita pekerja maupun para budak. Sejak  penyebaran agama Islam dilakukan secara terbuka, muncul reaksi perlawanan yang menentang penyebaran islam seperti penyiksaan ,ancaman keselamatan terhadap para pengikut Islam. Sehingga pada tahun 615 Nabi Muhammad SAW mengungsikan pengikutnya ke Habsyah, selanjutnya menjadi Abbesinia (Ethiopia sekarang).
Faktor penyebab terjadinya perlawanan terhadap agama Islam bukan semata-mata karena masalah agama yang dipandang bertentangan dengan kepercayaan asli  masyarakat, tetapi karena faktor politik, yaitu khawatiran terhadap kemungkinan keluarga Abu Muthalib menguasai Mekkah, faktor ekonomi yaitu menurunnya pendapatan para pemahat patung dan faktor sosial, karena kaum bangsawan atau raja tidak setuju derajatnya disamakan dengan rakyat biasa. 

Perkembangan Islam Periode Madinah
Terjadinya perlawanan yang menentang penyebaran agama Islam dari Mekkah, menyebabkan Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Tetpi sebelum hijrah dilakukan, telah terjadi peristiwa yang sangat penting, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M.

Keadaan di Madinah sangat jauh berbeda dengan di Mekkah, kalau di Mekkah, Nabi Muhammad SAW islam dimusuhi dan mendapat perlawanan sehingga tidak mungkin untuk berkembang sedangkan di Madinah Nabi Muhammad SAW disambut dengan gembira, karena kedatangan Nabi sudah lama diharapkan.

Di Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, sejak Nabi Muhammad SAW menetap di Madinah, maka masyarakat Madinah menjadi 4 golongan yaitu : 
1. Kaum Muhajirin, terdiri atas orang-orang Mekkah yang ikut serta melakukan hijrah dengan Nabi
2. Kaum Ashar, terdiri atas orang-orang Madinah yang membantu Nabi Muhammad SAW
3. Kaum Munafiqin, terdiri dari mereka yang hanya ikut memeluk agama Islam untuk mencari keuntungan lahiriah belaka
4. Kaum Yahudi, terdiridari golongan pengikut Nabi Musa yang mengetahui ajaran Islam, tetapi tidak sudi meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi atau Rasul. 

Setelah beberapa tahun lamanya Nabi Muhammad SAW menetap di Madinah, akhirnya turun perintah jihad, yaitu perang. Perang ini ditunjukkan untuk melawan Mekkah dan mempertahankan Ka’bah. Pertempuran sengit terjadi di gurun Badar dan Uhud (tahun 630 M). ka’bah berhasil dikuasi oleh orang-orang Islam dan akhinya penduduk Mekkah dalam waktu kurang lebih dua tahun sebagian besar Jazirah Arab telah memeluk agama islam. Orang-orang Yahudi dan Kristen yang mengakui kedaulatan agama Islam dibiarkan tetap memeluk agama mereka dan dilindungi harta dan jiwanya.

Kemenangan umat Islam membawa bangsa Arab ke arah persatuan dan kesatuan karena sudah lama bangsa itu hidup dalam perpecahan dan saling bermusuhan. Nabi Muhammad SAW berhasil penuh dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai Rasul dan pemimpin negara. Namun Nabi Muhammad SAW tidak dapat mengenyam masa kejayaan Islam, karena sesudah menegakkan dasar- dasar yang kukuh, pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 632 M beliau wafat dan dimakamkan di Madinah.

KekhafilahanSetelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, muncullah para Khalifah. Fungsi mereka menggantikan jabatan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara, hakim dan panglima perang. Jabatan khalifah ini terus berlangsung hingga tahun 1923 M dan baru setelah Mustafa kemal Pasha menjadi kepala negara sistem kekhalifahan dihapuskan. Muhammad V merupakan Khalifah terakhir.
Khalifah-khalifah yang pernah berkuasa diantaranya :

Khalifah Abu Bakar
Ada beberapa tindakan yang penting dilaksanakan oleh Khalifah Abu Bakar
(632-634 M), diantaranya :
• Mengembalikan suku-suku Arab yang murtad ke agama Islam.
• Membasmi nabi-nabi palsu, seperti Tulaiha, Musilama dan lain-lain
• Mulainya pengumpulan lembaran surat-surat Al Qur’an
• Peramalan ekspansi Islam keluar Jazirah Arab

Khalifah Umar Bin Khattab
Ada beberapa tindakan yang penting dari khafilah umar (634-644 M)
diantaranya :
• Tahun Hijrah dijadikan permulaan tahun Islam yaitu tahun 622 M
sama dengan 1 tahun Hijrah
• Daerah Islam diperluas sampai daerah perbatasan India dan Tripoli (di Afrika Utara). Perluasan wilayah ke Asia kecil dan Persia dilakukan oleh Khalid bin Al Walid sedang ke Afrika Utara dipimp Amir bin Al As
• Akibat perluasan wilayah itu, Islam mendapat kekuatan politik di daerah-daerah yang sejak dulu mempunyai kebudayaan tinggi. Kemudian terjadi perpaduan antara agama islam dengan kebudayaan setempat, yang telah terkena pengaruh kebudayaan Yunani.

Khalifah Usman bin AffanJasa besar Khalifah Usman (644-656 M) pada masa pemerintahannya adalah dibukukannya secara resmi kitab suci Al Qur’an. Pekerjaan ini diserahkan kepada Zaid bin Tsabit dan susunan Al Qur’an itu hingga sekarang tidak mengalami perubahan 

Khalifah Ali bin Abi ThalibSetelah berakhirnya pertentangan-pertentangan dalam tubuh Islam maka Ali, menantu Nabi, menduduki jabatan kekhalifahan (656-661 M). Namun, keluarga Ummayah tidak menyetujui Ali sebagai khalifah dan mereka mencalonkan Mu’awaiyah (Gubernur Syria) sebagai khalifah. Akhirnya perang saudara tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran di Siffin (657 M) pasukan Mu’awiyah hampir dapat dihancurkan. Tetapi Mu’awiyah menggunakan tipu muslihat dan berdalih untuk mencegah pertentangan maka mengajukan supaya dibentuk Badan menjadi khalifah. Badan Pengadilan menentukan bahwa yang menang adalah Mu’awiyah, keputusan itu tidak memuaskan Ali, sehingga bentrokan berjalan terus. Pada tahun 661 Ali mati terbunuh, dengan demikian mulailah kekhalifahan keluarga Ummayah .

Kekhalifahan UmmayahSetelah kedudukan khalifah dikuasai oleh keluarga Ummayah (661-750 M). Pusat kekuasaan negara Islam dipindahkan keluar Jazirah Arab, yaitu ke Syria (Damaskus)

Pada masa ini, dasar-dasar demokrasi Arab lenyap, karena jabatan khalifah dipegang secara turun temurun. Hidup khalifah sama dengan hidup raja dengan kekuasaannya yang mutlak.

Wilayah kekuasaaan negara islam pada masa ini meliputi wilayah yang sangat luas. Ke sebelah barat sampai ke daerah spanyol dan ke sebelah timur kedaerah Pakistan dan Asia Tenggara. Perluasan wilayah ini dilakukan oleh :
• Musa memimpin tentara islam menyerbu kearah barat menyusuri daerah Afrika utara samapai Maroko. Perjalanan ini dilanjutkan oleh Tarik dan berhasil menduduki semenanjung Iberia serta menguasai Spanyol (712 M)
Muhammad Kasim berhasil menduduki daerah lembah sungai Shindu (721 M)
Maslama memimpin tentara Islam menyerang konstatinopel tetapi trap serangan dapat dipukul mundur. Baru ada tahun 1453 M konstatinopel dapat dikuasai.
Pada tahun 750 M, terjadi perebutan kekuasaan terhadap keluarga Ummayah yang dilakukan oleh golongan Abbasiyah dalam perebutan kekuasaan itu, hampir seluruh keluarga Ummayah dimusnahkan. Hanya seorang yang berhasil meloloskandiri, yait Abdur Rachman.

Kekhalifahan Abbasiyah
Pada masa ini pusat kekhalifahan dipinahkan dari Damaskus ke Bagdad. Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M) mengalami perkembangan yang cukup pesat dan pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid (786-809 M) mencapai puncak yang gemilang. Hal ini tak lepas dari :
Bagdad merupakan pelabuhan transito dan perdagangannya maju pesat
• Buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan baik dari Yunani maupun dari Persia diterjemahan kedalam bahasa dan huruf Arab
• Harun Al Rasyid mengadakan persahabatan dengan Karel Agung (Perancis). Peristiwa ini terjadi berdasarkan situasi politik sebagai berikut :
  • Bagdad bermusuhan dengan Byzantium dalam memperebutkan Asia kecil
  • Bagdad bermusuhan dengan keamiran Cordoba dalam memperebutkan daerah pantai utara Afrika dan juga karena Cordoba tidak mau mengakui kekhalifahan Bagdad
  • Perancis bermusuhan dengan Cordoba dalam memperebutkan daerah Spanyol Utara, juga bermusuhan dengan Byzantium karena daerah Italia.
Dalam perebutan berikutnya kekhalifahan mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan oleh :
• Terjadinya perebutan jabatan khalifah diantara keluarga sediri, sehingga dalam istana terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan
• Pertentangan itu mengakibatkan pemerintahan pusat menjadi lemah, sehingga daerah-daerah bagian banyak yang memerdekakan diri

Kekhalifahan CordobaAbdur Rachman, satu-satunya keturunan kekhalifahan Ummayah yang berhasil menyelamatkan diri dari serangan golongan Abbasiyah mendirikan kekhalifahan Cordoba di Spanyol. Ia tetap menyebut dirinya Amir dan tidak mau mengakui kekhalifahan Bagdad. Baru pada masa kekuasaan Abdur Rachman III, Cordoba menyatakan dirinya sebagai khalifah dan kedudukannya seimbang dengan kekhalifahan Bagdad (929 M).

Pada jaman kekhalifahan Cordoba ilmu Pengetahuan dan kebudayaan berkembang pesat. Masjid-masjid banyak dibangun istana dan perpustakaan didirikan ahli-ahli bangunan, tabib, pengarang, ahli-ahli fikir, ahli pakaian dan ahli-ahli kemasyarakatan banyak terdapat di Cordoba.

Kemajuan dalam bidang kebudayaan itu mendorong orang-orang Eropa untuk belajar di spanyol. Kebudayaan dari timur yang telah tinggi dan juga warisan kebudayaan Romawi danYunani Kuno yang telah hidang dari Eropa Barat, diketemukan kembali melalui Islam di spanyol .

Daerah kekuasaan Islam pada perkembangan selanjutnya makin sempit. Akan tetapi, pikiran-pikiran Islam makin meluas. Apabila mula-mula mempertahankan dan meluaskan pengaruh Islam dengan pedang, tetapi pada waktu-waktu berikutnya perluasan Islam dilakukan dengan jalan damai yaitu melalui perdagangan. Melalui perdagangan inilah Islam masuk ke wilayah Indonesia. 


Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha dan Perkembangannya di Indonesia



Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai pendapat para ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

                 Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik).Ditambah dengan teori sudra yang menyatakan bahwa penyebaran agama hindu di indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta sudra. Karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan


1.  Teori Waisya

            Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

            Teori waisya menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta waisya. Karena mereka terdiri atas para pedagang yang datang dan kemudia menetap di indonesia. Bahkan banyak diantara para pedagang itu kawin dengan wanita indonesia.


2.  Teori Ksatria

Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:

a.       C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.

b.      Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.

c.       J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

            Teori kesatria: menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh orang-orang india berkasta kesatria. Hal ini disebabkan kekacauan politik di india, sehingga para kesatria yang kalah melarikan diri ke indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama hindu.


3.  Teori Brahmana

       Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.

           Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.

            Teori brahmana menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dilakukan oleh kaum brahmana. Kedatangan mereka ke indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama hindu. Kaum brahmana yang datang ke indonesia inilah yang menyebarkan agama hindu kepada masyarakat indonesia.


4.  Teori Arus Balik / Nasional

         Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.


5.   Teori Sudra

         Teori ini dikemukakan oleh van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa di India terjadi banyak peperangan, akhirnya para budak bermigrasi ke wilayah Indonesia dan terjadi perkawinan campuran dengan masyarakat pribumi.

Dari kelimateori tersebut hanya teori brahmanalah yang dianggap sesuai dengan bukti- bukti yang ada. Bukti-bukti tersebut diantaranya:

1. Agama hindu bukanlah agama yang demokkratis karena urusan keagamaan menjadi monopoli brahmana, sehingga hanya golongan brahman yang berhak dan mampu menyiarkan agama  hindu

2. Prasasti indonesia yang pertama berbahasa sansekerta sedangkan di india sendiri  bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi kaum brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.


Penyebaran Hindhu-Buddha di Indonesia

            Veda adalah agama pertama di India yang dibawa oleh orang-orang arya.
Dalam perkembangannya, agama Veda kurang disukai karena masyarakat merasa jenuh banyaknya upacara yang harusdilakukan. Karena itu muncullah agama Buddha yang dibawakan oleh Sidharta Gautama dan Agama Jaina yang dibawakan oleh Mahavira. dalam perkembangannya buddha menerima respek yang bagus dari masyarakat India,terbagi menjadi 2 aliran, yaitu Hinayana dan mahayana.

         Agama buddha menyebar dengan pesat ke luar wilayah india, sehingga meninggalkan kekosongan dalam regenerasi ahli agama di India. Biksu-biksuni yang handal sudah meninggalkan India untuk penyebaran agama, sehingga agama Veda yang mulai dilupakan. Maka muncullah agama Hindu, yang mempunyai lima kitab utama, yaitu:

1. Veda, kitab asli berisikan ajaran agama
2. Purana, cerita tentang penciptaan dunia dan lain-lain
3. Viracarita, cerita kepahlawanan
4. Dharmasastra, kitab hukum
5. Sutra. Rangkuman beserta tambahan dari empat kitab diatas yang lebih mudah dipahami.


Sejarah Perkembangan Agama Hindu Budha di Indonesia

          Agama yang pertama masuk di Indonesia adalah hindu dan budha. Sejarah Perkembangan Agama Hindu Budha di Indonesia sangat menarik untuk di pelajari. banyak kebudayaan pada masa tersebut yang sampai sekarang masih ada dan masih sering kita lihat.

      Indonesia juga mencapai puncak kejayaan masa-masa tersebut, mulai dari kerajaan sriwijaya, kerajaan majapahit, dan lain-lain. maka jika kita mempelajari kebudayaan hindu-budha mungkin tak cukup 1 tahun. kebudayaan dan sangat menarik, sangat berkesan, dan sangat berbudaya.

        Sistem Kepercayaan dalam agama Budha terutama dalam system Mahayana menurut system wagniadatu menyebutkan dewa tertinggi adalah Adibudha dan tidak dapat digambarkan karena tidak berbentuk. Sidharta Gautama Pendiri agama Budha adalah Sidharta Gautama yaitu seorang anak raja yang mendapat penerangan batin atau enliptenmen. Dia mengatakan bahwa dunia yang kita lihat adalah maya dan manusia adalah tidak berpengetahuan. Kehidupan manusia mengalami sansana atau hidup kembali sebagai manusia atau binatang.

Ganesha
Ganesha adalah anak Siwa dengan Arwati. Dengan digambarkan berkepala gajah dan bertangan empat, pada dahinya juga terdapat mata ketiga.Dan pada setiap tangannya terdapat benda yang berbeda yaitu:
a) Tangan kanan bawah memegang patahan gadingnya
b) Tangan kanan atas memegang tasbih
c) Tangan kiri atas memegang Kapak
d) Tangan kiri bawah memegang mangkuk yang berisi manisan

Dewa Siwa
Pada halaman tengah terdapat lima ekor kerbau, yaitu empat ekor kerbau kecil, dan satu ekor kerbau besar yang merupakan kendaraan dari dewa Siwa yang kesemuaannya terbuat dari patung. Negara-negara Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia.

        Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya

         Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Harus Anda pahami masuknya pengaruh Hindu dan Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap didukung oleh proses perdagangan.

         Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Budha.