Sabtu, 27 Juni 2015

KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai

Dalam sejarah Indonesia terdapat dua Kerajaan Kutai, namun kerajaan yang dimaksud secara umum saat kata Kerajaan Kutai terdengar umumnya mengarah pada Kerajaan Kutai Martadipura, yaitu kerajaan pertama yang berdiri di Indonesia. Kerajaan Kutai mengambil wilayah hampir seluruh Kalimantan Timur tepatnya di hulu Sungai Mahakam, sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur.
Kerajaan Kutai diberikan nama demikian oleh para peneliti sesuai dengan nama tempat ditemukannya prasasti mengenai kerajaan tersebut karena tidak ditemukan sumber yang cukup mengenainya. Kutai Martadipura dikenal sebagai kerajaan Hindu, agama tertua dan agama pertama yang masuk ke daerah Nusantara. Gelar raja pertama dari Kerajaan Kutai dipegang oleh Raja Kundungga. Menurut para peneliti nama Kundungga bukanlah nama yang bercorak Hindu, tak seperti keturunan sesudahnya, sehingga diasumsikan Kundungga awalnya adalah seorang kepala suku yang lalu mengubah sistem pemerintahan kesukuannya menjadi kerajaan.
Penyebab sulitnya sumber-sumber kerajaan Kutai disebabkan kedua raja pertama tidak melakukan “pencatatan” kerajaan tersebut dalam bentuk apapun. Raja Kutai yang paling terkenalah yang pertama kali melakukannya dalam bentuk pembuatan Yupa. Raja Mulawarman terkenal karena prasasti yang banyak menyebutkan namanya dan beliau merupakan raja yang membawa Kerajaan Kutai ke masa gemilang.

Kehidupan Politik
Sejak berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan terjadi perubahan tatanan pemerintahan dari pemerintahan kepala suku menjadi pemerintahan kerajaan.
Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:
  1. Raja Kudungga, merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menganggap dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
  2. Raja Aswawarman, prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan seorang raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara-upacara ini pernah dilaksanakan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas wilayahnya.
  3. Raja Mulawarman, adalah putra dari Raja Aswawarman. Ia adalah raja terbesar dari kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya raja Mulawarman mengadakan upaca kurban emas yang amat banyak.

Kehidupan Sosial
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima pengaruh Hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (India) dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.

Kehidupan Ekonomi
Dilihat dari letaknya, Kutai sangat strategis, terletak pada jalur aktifitas pelayaran dan perdagangan antara dunia barat dan dunia timur. Secara langsung maupun tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam bidang perekonomian masyarakatnya, dimana perdagangan juga dijadikan mata pencaharian utama saat itu.

 Kehidupan Budaya
Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat kutai. Sebenarnya yupa bisa di bilang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia zaman megalitikum yaitu Menhir. Ada 7 (tujuh) buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan.

Salah satu yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata Vaprakecvara, yang artinya sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Vaprakecvara itu dihubungkan dengan Dewa Siwa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini didukung oleh beberapa faktor berikut:

  1. Besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenal di Kutai.
  2. Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa terutama mengenai upacara korban.

Yupa

Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai.  Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4.  Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan, bagian dari upacara keagamaan pada masa itu. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Keruntuhan Kerajaan Kutai Martadipura

 Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Raja Dharmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari raja Asmawarman, buyut dari raja Kudungga, Raja Dharma setia adalah raja terakhir kerajaan Kutai.

2 komentar: