Sabtu, 27 Juni 2015

Kerajaan Tarumanegara

Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
Lokasi Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan beberapa penemuan prasasti tentang  Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Tarumanegara di perkirakan berada di wilayah Jawa Barat dan pusat kerajaan berada di sekitar wilayah daerah Bogor sekarang. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat di tafsirkan bahwa pada masa pemerintahan raja purnawarman wilayah kekuasan Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.

Kejayaan Kerajaan Tarumanegara
Puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi pada saat pemerintahan Raja Purnawarman. Raja Purnawarman membuat saluran irigasi untuk membantu daerah pertanian dan melindungi wilayahnya dari bencana banjir. Selain  berkembangnya pertanian di Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Tarumanegara juga Menjadi pusat perdagangan Nusantara. Kerajaan Tarumanegara juga berhasil menjadi Pusat Pelabuhan dagang Internasional dan banyak pedagang dari Cina berdagang di daerah pelabuhan Kerajaan Tarumanegara. Barang dagang yang mereka jual berupa gading gajah, cula badak, kulit penyu, emas, perak, dll.

Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara
Peninggalan sejarah masa Kerajaan Tarumanegara adalah tujuh buah prasasti di beberapa tempat. Ketujuh prasasti tersebut adalah sebagai berikut:
  • Prasasti Ciaruteun menyebutkan nama Tarumanegara, Raja Purnawarman, dan lukisan sepanjang kaki yang dianggap sama dengan telapak kaki Dewa Wisnu. Prasasti tersebut berbunyi : “Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara. “
  • Prasasti Tugu menyatakan bahwa Raja Purnawarman memerintahkan mengganti saluran air. Saluran air itu diberi nama Gomati. Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman.
  • Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Kampung Muara hilir Kecamatan Cibungbulang. Pada prasasti itu tergambar bekas dua tapak kaki gajah yang diidentikkan dengan gajah Airawata, gajah milik penguasa Tarumanagara yang agung. Ditulis dalam bentuk puisi Anustubh.
  • Prasasti Jambu ditemukan di Bukit Koleangkak, perkebunan Jambu, sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan dan keberanian raja Purnawarman.
  • Prasasti Lebak atau Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul ditemukan di Kampung Lebak, tepi Sungai Cidanghiyang, Pandeglang, Banten. Prasasti tersebut berbunyi :“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja”.
  • Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Citeureup, Bogor. Prasasti ini tertulis dalam bahasa ikal yang belum dapat dibaca.
  • Prasasti Muara Cianteun ditemukan di Ciampea, Bogor. Prasasti ini juga tertulis dalam bahasa ikal yang belum dapat dibaca.

Adapun sumber sejarah yang berasal dari luar negeri adalah sebagai berikut:
  • Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).
  • Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
  • Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.

Kesimpulan :
Seperti halnya Yupa dari Kutai, prasasti-prasasti Tarumanegara juga ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang digubah dalam bentuk syair. Dari ketujuh buah prasasti ini di ketahui bahwa agama yang dianut oleh raja (atau kerajaan) adalah Hindu.

Silsilah kerajaan Tarumanagara
Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsekerta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsekerta
No.
Raja
Masa pemerintahan
1
Jayasingawarman
358-382
2
Dharmayawarman
382-395
3
Purnawarman
395-434
4
Wisnuwarman
434-455
5
Indrawarman
455-515
6
Candrawarman
515-535
7
Suryawarman
535-561
8
Kertawarman
561-628
9
Sudhawarman
628-639
10
Hariwangsawarman
639-640
11
Nagajayawarman
640-666
12
Linggawarman
666-669

Keruntuhan Tarumanagara
Pada sekitar tahun 650, kerajaan Tarumanagara diserang dan dikalahkan oleh Sriwijaya . Pada tahun 669, Tarusbawa mewarisi mahkota raja Tarumanagara. Tarusbawa adalah raja terakhir Tarumanagara. Hal ini sesuai dengan sejarah Cina yang menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara terakhir mengunjungi Cina pada 669. Tarusbawa memang mengirimkan utusannya untuk memberi saran tentang penakhtaan raja Cina di 669. Karena wibawa Tarumanagara di era Tarusbawa menurun karena serangan Sriwijaya, ia ingin mengembalikan kejayaan kerajaan seperti di era Purnawarman, maka ia mengendalikan kerajaan dari Sunda Pura . Oleh karena itu, di tahun 670, dia mengubah nama Tarumanagara menjadi Sunda.
Peristiwa ini dilakukan karena raja Wretikandayun (pendiri kerajaan Galuh) memisahkan kerajaan kecil dari kekuasaan Tarumanagara dan meminta Raja Tarusbawa membagi wilayah Tarumanagara menjadi dua bagian. Kerajaan Galuh mendapat dukungan dari kerajaan Kalingga (kerajaan pertama di pulau Jawa) untuk memisahkan Tarumanagara karena kerajaan Galuh dan Kalingga telah bersekutu melalui perkawinan kerajaan; anak dari Raja Wretikandayun menikahi Parwati (putri Ratu Sima) dari Kalingga dan Sana alias Bratasenawa alias Sena (cucu Raja Wretikandayun) menikahi Sanaha (cucu perempuan dari Ratu Sima). Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang saudara, Raja muda Tarusbawa menerima permintaan Wretikandayun. Pada tahun 670, Tarumanagara dibagi menjadi dua kerajaan: Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda dengan sungai Citarum sebagai batas. Kemudian Kerajaan Galuh terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil meliputi area yang sekarang disebut Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Raja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota baru kerajaannya dekat sungai hulu Cipakancilan yang berabad-abad kemudian menjadi kota Pakuan Pajajaran (atau disebut Pakuan atau Pajajaran saja). Raja Tarusbawa kemudian menjadi leluhur raja-raja Sunda.
Kehidupan politik Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang dipengaruhi agama dan kebudayaan Hindu. Letaknya di Jawa Barat dan diperkirakan berdiri kurang lebih abad ke 5 M. Raja yang memerintah pada saat itu adalah Purnawarman. Ia memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini di buktikan dari prasasti tugu yang menyatakan baha raja purnawarman telah memerintahkan untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya. Karena pembuatan kali ini berarti pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat. Dengan upaya itu, raja Purnawarman di pandang sebagai raja besar yang memperhatikan kehidupan rakyatnya.
Sumber sejarah mengenai Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang ditinggalkannya dan berita-berita Cina. Prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini ada 7 buah. Berdasarkan prasasti inilah dapat diketahui bahwa kerajaan ini mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
  

Kehidupan Sosial-Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian Saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) dan selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Selesai penggalian, Raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah 1.000 ekor sapi kepada para brahmana;
Pembangunan itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat karena dapat dipergunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Dengan demikian, rakyat akan hidup makmur, aman dan sejahtera. Di samping Saluran Gomati, dalam Prasasti Tugu juga disebutkan adanya penggalian Saluran Candrabhaga.
Pada prasasti ciareteun di sebutkan bahwa telapak kaki raja Purnawarman di samakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu, dimana dewa Wisnu dipandang sebagai dewa pelindung dunia. Jadi raja Purnawarman adalah seorang raja yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan raktyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar